Malam natal akan tiba, seorang Putri menangis di dalam kamarnya. Sejak dahulu ia menanti natal untuk seseorang yang selalu dinantikannya. Namun, sosok itu tak pernah muncul meski natal telah 17 kali ia alami seumur hidupnya. Ia menanti seorang pangeran yang sering hadir dalam mimpinya. Dan di setiap mimpinya itu, sang Pangeran terus berkata, ”Natal tiba. Aku menantimu di bawah pohon besar cemara. Tepat saat Sinterklas membawa hadiah untuk anak – anak kecil.” Putri merasa tersiksa akan mimpi itu, namun ia sama sekali tak pernah menceritakan mimpi itu pada siapa pun. Bahkan sahabatnya, Raka, yang telah menjadi sahabatnya selama 1 tahun ini.
Raka dan putri Nindy berkenalan saat mereka bertemu di hutan belakang istana. Saat itu Raka sedang mencari kayu bakar. Raka memang bukanlah dari golongan kerajaan. Ia hanyalah rakyat biasa.
Suatu ketika, Raka menyatakan cintanya , namun Putri menolaknya karena ia tahu bahwa bahwa mimpinya itu benar. Raka tak menyerah. Ia terus mencintai putri Nindy. Cintanya bukanlah dari kekayaan sang putri namun ketulusan sang putri.
1 minggu sebelum natal, Raka menyatakan cintanya lagi dan lagi – lagi putri menolaknya. Putri pun akhirnya menceritakan mimpinya itu kepada Raka. Raka terdiam mendengarnya. Raka yang telah mengenal putri itu pun tahu sifat putri, putri tak pernah melihat orang dari kekayaannya tapi dari ketulusannya. Hal itulah yang membuat mereka masih tetap bersahabat.
Namun setelah malam itu, Raka tak pernah menemui putri lagi. Saat putri ke rumahnya pun, ia tak berada di sana, bahkan keluarga yang bersama Raka pun tak ada lagi. Putri cemas akan Raka. Sejak saat itu, putri tak pernah bermimpi tentang pangeran itu. Ia menginginkan Raka.
Malam natal tiba, keluarga kerajaan pergi ke gereja tua ditengah kota. Putri berharap Sinterklas membawa Raka dalam karungnya yang super besar itu.
Ibadah natal berlangsung khusuk. Saat ibadah selesai, putri duduk di bawah pohon cemara besar di altar gereja. Ia melamun memikirkan Raka. Hingga dentuman jam tengah malam membangunkan Putri Nindy dari lamunannya. Dentuman itu menandakan bahwa jam kerja Sinterklas telah tiba untuk membawa hadiah bagi anak – anak yang baik.
Tiba – tiba, seorang yang berpakaian ala Sinterklas sudah berada di depannya dan berkata, ”Terimalah hadiahku ini, seorang cinta sejati untukmu.” Putri terkejut mendengar hal itu. Saat Sinterklas pergi berdirilah di depannya seorang pria tampan dan sungguh tidak asing baginya. ”Raka!”, sahut sang putri. Putri melonjak dari duduknya dan memeluk Raka.
Namun tiba – tiba ia melepas pelukannya itu dan bertanya – tanya, benarkah pria itu adalah Raka? Karena pria itu terlihat begitu bersih, terawat dan tampak gagah seperti pangeran. Pria itu tersenyum dan berkata, ”Aku Raka. Sebenarnya aku adalah Putra Mahkota kerajaan sebrang. Dan akulah hadiah natal itu.”
Natal ke 18 yang di alami Putri pun menjadi natal terindah dalam hidupnya. Sahabat lamanya telah kembali dalam sosok pangeran di mimpi itu. Dan nyatalah mimpi itu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar