Sabtu, 07 Januari 2012

feed the cow

Sore itu Cuntel cuacanya rada aneh, mendung ga mendung, hujan sedikit – sedikit, dingin banget, hangat, dan segala macamnya deh. Cuacanya aneh deh pokoknya. Itu kali pertama aku akan menginap di rumah sebuah keluarga. Ketika aku baru sampai di depan pintu rumah hendak masuk ke rumah, aku mendengar suara tawa dari beberapa temanku. Karena rasa penasaranku masih cukup tinggi, maka berlarilah aku menuju sumber suara. Ternyata di samping rumah yang akan aku tinggali, ada sebuah kandang sapi milik si bapak rumah. Dan teman – teman saya yang katrok *gue juga denk* sedang melihat sapi milik pak rumah (bapak yang punya rumah dimana aku menginap-red).Hehe
Tanpa peduli temen – temen yang nunggu di luar pintu dengan sopan,aku asal nyelonong masuk aja ke kandang sapi itu tanpa permisi dulu ke si sapi *eh?? Emang kalo aku bilang, “shallom” dia bakal bilang, “shallom, silahkan masuk” ?? engga kan? Makanya mending langsung masuk aja. :D *
Saat itu si tuan kandang alias sapi sedang menikmati makan sore menjelang malamnya. Sepertinya si sapi ga menyadari kehadiran aku. Dia tetap aja makan.
Ngeliat sapi itu makan dengan semangat, aku pun menjadi ingin makan. *ehh???* maksudku jadi pengen kasih mereka makan rumput. Pengen tau gimana rasanya ngasih makan binatang baik hati yang mau aja diperah buat minuman kesehatanku.
Nah, biar lebih keliatan sopan terhadap si tuan kandang, maka aku mulai melakukan “PDKT”. Rasa takut yang tinggi pun menjadi rintangan terbesarku. Tapi aku bisa mengalahkannya karena Tuhan selalu berkata, “Jangan takut”. Maka aku kalahkan rasa takut itu dengan memberanikan diri untuk  memegang jidatnya si sapi baik hati itu sebagai bentuk “PDKT”ku. Dan tahap itu  aku lewati dengan mulus dan lancar. :D *dengan begitu tahap “PDKT” pun sukses..* (berhasil..berhasil...hore.. –soundtracknya si Dora the Explorer kalo berhasil melewati rintangan)
Kemudian setelah tahap “PDKT” dengan si sapi aku lewatin, aku mulai bosan untuk mengelus - elus, dan mulailah mataku jelalatan melihat sekeliling kandang. Melihat kesibukan si sapi yang asik memakani rumputnya di ‘piringnya’ yang semakin dimakan semakin menipis yang di ‘piringnya’. *ya iya lah*. Maka saya mulai mencari sumber makanan lainnya biar si sapi tidak mati kelaparan. Mataku pun menjalajahi isi kandang.
Melihat si sapi begitu senang makan dan makanannya semakin tipis, maka aku meminta tambahan makanan dari pak rumah. Ternyata pak rumah sudah menyiapkan sekarung makanan buat si sapi. *hasekkhasekkkhasekk..ga kelaperan lagi si sapi.* haha..
Satu rumput panjang menjadi suapan pertamaku buat si sapi. Kupikir sekali sudah cukup, ternyata memberi makan si sapi bikin aku ketagihan buat kasih makan dia. Dan beginilah aku waktu aku ketagihan memberikan si sapi makan.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar