Hiduplah seekor laron yang menjadi ratu di negeri itu. Laron adalah seorang ratu yang angkuh. Ia belum menikah karena keangkuhannya itu membuat Pangeran dan Raja sulit mendapatkan cintanya. Suatu ketika, sebuah Lilin yang tak bernyala datang menghadap Laron. Ia menyukai Laron itu sudah sejak lama sekali. Dan ia selalu memendamnya. Lilin menghadap Laron dan menyatakan cintanya. Namun Laron berdiri dan mengusirnya.
Laron tidak mau menikah dengan dengan Lilin karena ia hanyalah seorang rakyat jelata. Menurut Laron, Lilin bukanlah yang sempurna. Esoknya, Lilin datang lagi menghadap Laron dan meminta cinta sang Ratu, namun kali ini, Lilin di lempar keluar istana megah itu oleh pengawal yang di perintah Ratu Laron.
Lilin tak putus asa, ia mau memperjuangkan cintanya. Ia datang lagi kepada Ratu, ia memohon cintanya. Dan Lilin bertanya, “Mengapa Ratu menolak cinta saya? Apakah hanya karena saya adalah rakyat jelata?”. Dengan angkuhnya, sang Ratu menjawab, “Ya. Kau itu tak sempurna. Raja saja tak mampu memenuhi permintaanku,apalagi kamu yang hanya rakyat jelata.” Lilin menatap sang Ratu dan meminta, “ Bolehkah saya tahu apa gerangan permintaan Ratu? Dan apakah saya boleh menikah dengan Ratu apabila saya bisa memenuhi keinginan Ratu?”. Ratu terkejut mendengar hal itu, karena baginya tak mungkin seorang rakyat jelata mampu memenuhi permintaanya. Dan dengan angkuhnya sang Ratu menjawab, “Hahahaha.. Aku akan menikah dengan seseorang yang mampu memberiku terang dan kehangatan.” Lilin terdiam dan pulang ke rumahnya.
Malam hari, ketika dunia sudah gelap, Ratu yang akan tidur melihat sesuatu yang terang. Ia berlari menuju terang. Betapa terkejutnya Ratu Laron itu ketika melihat Lilin kecil itu sedang berjalan dengan nyala api di atas kepalanya. Tubuhnya sedikit demi sedikit meleleh. Ia kesakitan, tapi ia terus berjalan menuju sang ratu. Ratu terdiam, ia yang menyangka Lilin tidak mampu melakukannya sekarang sedang melakukannya. Lilin berdiri di depan Ratu, terang dan hangat sekali. Tapi badannya hampir meleleh seluruhnya akibat panas. Hampir ia menghabisi nyawanya, ia berkata dengan tangisan kepedihan, ”Ratu Laron, apa yang kau inginkan telah menjadi nyata. Aku mampu memberimu terang dan kehangatan.” Ratu menitikkan air matanya, ia melihat pengorbanan Lilin. Ia terdiam, ia menyadari keangkuhannya selama ini.
Terang itu menjadi redup, Lilin itu telah melelehkan seluruh tubuhnya sebagai bukti pengorbanan cintanya. Dengan menangis Lilin berkata, ”Ratu janganlah angkuh lagi, karena inilah akibat keangkuhanmu. Dan inilah bukti cintaku. Selamat tinggal Ratu.” Dan api itu padam, bersama dengan padamnya cinta sejati itu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar